Untuk menjaga kelangsungan bisnis dan operasional, setiap perusahaan akan selalu memerlukan persediaan, baik dalam bentuk barang atau jasa. Yang harus disadari, keberadaan persediaan ini juga membutuhkan biaya, yang kemudian disebut dengan inventory cost.
Inventory cost sendiri adalah pengeluaran dalam pemesanan, pengiriman, penerimaan barang, dan pembayaran pada pihak pemasok. Dengan diketahuinya biaya ini, maka nilai barang dan jasa yang menjadi persediaan bisa diketahui dengan pasti, dan memudahkan dalam penyusunan laporan keuangan.
Fungsi dari menghitung biaya persediaan sendiri sebenarnya adalah untuk tahu berapa besar biaya yang diperlukan untuk stok barang yang dimiliki. Nantinya, fungsi dari perhitungan adalah untuk membuat perhitungan detail pada biaya yang terkait dengannya.
Biaya tersebut antara lain adalah:
Ordering cost, adalah biaya persiapan dan penerbitan order pembelian, penerimaan, serta peninjauan barang.
Purchasing cost, adalah bagian pengeluaran terbesar dari beban pokok penjualan. Pengeluaran ini mencakup biaya angkutan barang masuk dari pemasok, atau yang disebut dengan istilah freight-in cost.
Carrying cost, mencakup biaya opportunity dengan sewa gudang, biaya kadaluarsa barang, dan asuransi di dalam manajemen persediaan. Biaya ini muncul dari penyimpanan produk sampai produk terjual.
Shrinkage, yakni perbedaan biaya manajemen persediaan dengan mengacu pada pembukuan perusahaan dengan stock opname. Faktor penyebabnya adalah kesalahan dalam klasifikasi dan kerusakan barang, pencurian, sampai dengan kelalaian administrasi.
Cost of quality, biaya ini muncul saat karakter barang yang dihasilkan berbeda dengan keinginan pelanggan. Biaya ini melingkupi biaya pencegahan, penentuan nilai jual, kegagalan internal, dan kegagalan eksternal.
Stockout cost, adalah biaya yang muncul saat barang di gudang habis tapi pesanan masih terus datang. Anda harus menanggung opportunity cost yang tidak dicantumkan di laporan keuangan karena hilangnya contribution margin dari ketidakmampuan memenuhi pesanan.
Metode yang Digunakan dalam Menghitungnya
Sumber: freepik.com
Untuk metodenya sendiri ada tiga yang tersedia dan awam digunakan. Pemilihan metode ini akan menyesuaikan dengan aktivitas dan sistem yang dimiliki perusahaan. Maka dari itu, Anda wajib benar-benar mempertimbangkannya agar sesuai dengan kebutuhan.
Penjelasan singkat ketiga metode tersebut adalah sebagai berikut.
1. Metode Average
Metode pertama disebut dengan metode average, dan menjadi cara umum untuk menghitung biaya persediaan lewat penimbangan rata-rata. Proses awalnya adalah membagi jumlah inventory siap jual dengan jumlah unit yang akan dijual.
Hasilnya adalah rata-rata dari persediaan yang ada, dan dengan jumlah tersebut Anda dapat memperoleh perhitungan persediaan akhir dan beban pokok penjualan yang dimiliki perusahaan.
2. Metode FIFO
Metode first in first out disesuaikan dengan arus biaya aktual, jadi sering diterapkan untuk menilai persediaan serta dapat menghasilkan laba kotor yang tinggi. Arus biaya aktual sendiri adalah barang persediaan pertama yang harus dijual lebih awal.
Dengan demikian persediaan unit dari transaksi terakhir akan memiliki harga yang sama dengan barang baru. Perhitungan dengan metode ini akan menggunakan perhitungan HPP sebagai dasarnya.
3. Metode LIFO
Kebalikan dari metode FIFO, metode ini bisa dipahami sebagai sebuah cara pencatatan persediaan. Pembelian persediaan di akhir periode akan dijual lebih dahulu, sedangkan barang yang dibeli pertama akan dijual di bagian akhir.
Metode ini juga menggunakan acuan HPP, tapi tidak diperbolehkan mencatat persediaan karena pajak perusahaan akan lebih kecil saat inflasi terjadi.
Cara Menghitung Inventory Cost dengan 3 Metode di Atas
Sumber: freepik.com
Setelah tahu tiga metode yang digunakan dalam menghitung inventory cost ini, selanjutnya Anda wajib tahu tentang cara menghitung atau rumus yang digunakan pada tiga metode tersebut. Selengkapnya adalah sebagai berikut.
Rumus Metode Average
Rumus yang digunakan akan menggunakan variabel harga pokok barang yang ada dan ketersediaan unit. Rumusnya adalah:
Inventory Cost = Harga Pokok Barang yang Ada / Ketersediaan Unit
Rumus Metode FIFO
Untuk rumus metode ini akan melibatkan beberapa variabel, yakni HPP, kemudian biaya persediaan terlama, dan jumlah persediaan yang terjual. Rumusnya adalah:
Inventory Cost dengan mengetahui HPP = Biaya Persediaan Terlama x Jumlah Persediaan yang Terjual
Rumus Metode LIFO
Metode LIFO sendiri akan melibatkan beberapa variabel utama. Pertama menghitung HPP dengan biaya persediaan terakhir dan jumlah persediaan yang terjual, baru kemudian memasukkannya pada rumus biaya persediaan terbaru dan jumlah persediaan yang terjual.
Rumusnya adalah:
HPP = Biaya Persediaan Terakhir x Jumlah Persediaan yang Terjual
Inventory Cost dengan mengetahui HPP = Biaya Persediaan Terbaru x Jumlah Persediaan yang Terjual
Itu tadi sekilas tentang fungsi, metode, dan rumus yang digunakan dalam menghitung inventory cost. Sekali lagi, metode yang digunakan harus disesuaikan dengan operasional perusahaan Anda, agar menghasilkan perhitungan yang akurat.
Untuk membantu proses penghitungan dari inventory cost sendiri, sangat direkomendasikan untuk menggunakan modul handal dari sistem ERP, seperti yang disediakan oleh R1. Inventory Material Management menjadi modul handal yang ditawarkan R1 untuk bisnis Anda, guna membantu pengelolaan persediaan secara menyeluruh. Segera hubungi layanan pelanggan kami sekarang, dan segera gunakan produk handal dari R1 untuk kemajuan bisnis Anda!