Alamat
Grha RUN System
Jl. Pakuningratan No.15,
Cokrodiningratan, Jetis,
Yogyakarta,
55233
Representative Office
Treasury Tower
Lt. 10 Unit I, District 8 Lot.28 SCBD
Jl. Jenderal Sudirman kav.52-53, Jakarta 12190
Salah satu prosedur yang harus dilalui perusahaan sebelum menjual produknya adalah menentukan harga jual produk. Tentu saja penentuan ini tidak bisa hanya dengan melihat harga produk di pasaran. Hal utama yang perlu menjadi fokus adalah didasarkan pada biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk menghasilkan sejumlah produk. Terdapat dua metode utama yang dapat dipilih oleh perusahaan, yaitu full costing dan variable costing. Keduanya memiliki cara yang berbeda dan kelebihannya masing-masing. Simak detail tentang full costing dan kelebihan kekurangan dari metode ini.
Full costing adalah metode penghitungan Harga Pokok Produksi (HPP) yang memasukkan semua biaya yang digunakan dalam proses produksi. HPP sendiri adalah total biaya per unit untuk kemudian digunakan untuk menentukan harga jual produk setiap buah atau unitnya. Biaya produksi yang dimaksud adalah semua biaya yang keluar untuk kebutuhan produksi, baik itu biaya operasional maupun non-operasional dan biaya tetap maupun biaya variabel. Beberapa jenis biaya yang masuk dalam full costing adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik variabel dan tetap, serta biaya investasi.
Cara kerja dari metode ini hanyalah dengan menjumlah semua biaya produksi yang telah diidentifikasi sebelumnya. Hal yang perlu dilakukan pertama kali adalah mengalikan semua biaya yang ada dengan jumlah unit yang dihasilkan dalam satu kali proses produksi. Setelah mendapatkan angkanya, selanjutnya adalah dengan menyusun laporan keuangan. Nantinya, perusahaan dapat mengetahui laba kotor dan laba bersih dari HPP yang ada dan data penjualan yang masuk.
Khusus dalam penghitungan biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap, keduanya dibebankan kepada produk yang telah terjual. Biaya produksi keseluruhan akan fokus pada produk yang sudah terjual.
Berkebalikan dengan full costing, variable costing adalah metode lain yang tujuannya sama namun indikator yang dihitung untuk mendapatkan HPP berbeda. Sesuai dengan namanya, metode ini sangat bergantung pada volume atau banyaknya output produksi. Sehingga metode variable costing lebih fluktuatif. Untuk biaya yang masuk dalam perhitungan adalah biaya produksi selain bahan baku dan SDM yang digunakan.
Selain itu, laporan keuangan khususnya dalam laporan laba rugi juga ada perbedaan. Full costing hanya akan memasukkan biaya overhead pabrik sesuai dengan jumlah produk yang terjual. Sedangkan pada variable costing, biaya overhead pabrik akan tetap dihitung meskipun produk belum terjual.
Dengan menggunakan metode full costing, penentuan HPP akan menjadi lebih komperehensif. Hal ini karena jenis biaya yang dimasukkan lebih menyeluruh sehingga biaya yang dibebankan pada produk menjadi lebih sesuai.
Laporan laba rugi yang dibuat dengan metode ini memungkinkan adanya penyajian data spesifik sesuai fungsinya, seperti fungsi produksi, administrasi, dan penjualan.
Metode full costing menggunakan sistematika perhitungan yang umum dan mudah dilakukan namun tetap mengikuti prinsip akuntansi yang resmi. Sehingga pelaku usaha kecil dan menengah yang masih menggunakan pencatatan transaksi sederhana dapat menggunakannya.
Baca Juga: 4 Cara Menentukan Harga Jual Produk Milik Anda agar Tepat Sasaran
Meskipun begitu, metode full costing dan variable costing juga memiliki kelemahan. Terutama apabila digunakan oleh pelaku bisnis berskala besar. Praktik penggunaannya tidak bisa untuk semua bidang bisnis karena menghasilkan HPP yang relatif lebih tinggi dibanding metode lain.
Selain itu, jenis produk yang dijual dan respon pasar terhadap produk tersebut juga akan memengaruhi perusahaan dalam memilih metode penentuan HPP. Dalam metode full costing, pelaku bisnis berasumsi bahwa pasar mau dan mampu membayar berapapun untuk membeli suatu produk. Sayangnya, tidak semua produk memiliki karakteristik seperti ini. Sehingga perlu dianalisis kembali alasan perusahaan Anda menggunakan metode full costing.
Penentuan HPP memang harus memperhatikan karakteristik pasar dan produk itu sendiri, begitu juga dengan metode yang digunakan. Untuk informasi tambahan, menentukan HPP tidak hanya soal menetapkan harga jual produk saja. Namun juga untuk mengukur biaya produksi yang dilkeluarkan perusahaan. Dalam jangka panjang, perusahaan mampu memaksimalkan keuntungan perusahaan. Sehingga meskipun terjadi kenaikan biaya produksi, penentuan HPP yang baru tidak dilakukan secara spontan namun sudah melalui perhitungan yang tepat.
Baca Juga: Ketahui Cara Menghitung HPP dengan Tepat, Ini Penjelasannya
Proses full costing memang dapat dikatakan panjang jika Anda tidak dibantu oleh sistem atau alat yang memudahkannya. Banyak komponen didalamnya yang perlu diperhatikan dan diolah. Untuk membantu Anda melakukan penghitungan dan pelaporan yang komperehensif, R1 melalui fitur Accounting Management adalah jawabannya. Semua aktivitas akuntansi perusahaan dapat diselesaikan lebih efektif dan efisien dengan fiturnya yang mudah digunakan. Bahkan Anda juga dapat mengakses data HPP pada periode sebelumnya untuk mengambil keputusan. Temukan lebih banyak kemudahan mengelola keuangan bisnis Anda dengan R1 di sini.