Alamat
Grha RUN System
Jl. Pakuningratan No.15,
Cokrodiningratan, Jetis,
Yogyakarta,
55233
Representative Office
Treasury Tower
Lt. 10 Unit I, District 8 Lot.28 SCBD
Jl. Jenderal Sudirman kav.52-53, Jakarta 12190
Dunia bisnis memiliki model dan/atau konsep “berjualan” yang berbeda. Sebagian perusahaan membeli berbagai jenis barang untuk dijual kembali. Sedangkan perusahaan yang lain mampu untuk menjalankan proses produksi barang secara masal sehingga mereka mampu menjualnya. Satu hal yang sama dari keduanya adalah dibutuhkannya pencatatan persediaan barang dagang. Hal ini karena tidak semua barang yang ada di perusahaan akan dijual kepada pembeli. Simak metode pencatatannya berikut ini.
Sesuai dengan istilah tersebut, pencatatan persediaan barang dagang adalah kegiatan mencatat dan menghitung barang dagang yang akan dijual perusahaan. Proses ini berbeda dengan pendataan aset perusahaan karena hanya barang yang siap diperjualbelikan yang akan masuk.
Terlepas dari apa bentuk barang dagang tersebut, barang dagang harus memiliki 2 syarat penting untuk dapat dikatakan sebagai persediaan. Pertama adalah barang dagang merupakan milik perusahaan. Kedua, barang dagang tersebut sudah siap dijual kepada konsumen atau pembeli.
Alasan penting kenapa persediaan barang dagang harus memiliki pencatatan yang baik adalah agar pengelolaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Selain mencegah adanya pengadaan barang dagang berlebih, pencatatan ini juga dapat membantu perusahaan menganalisis permintaan barang dagang tertinggi dan terendah. Dalam jangka panjang, perusahaan mampu menentukan kebijakan harga barang lebih cepat.
Untuk mencatat persediaan barang dagang dengan metode fisik, perusahaan harus melakukan penghitungan langsung pada barang yang tersisa di gudang. Biasanya kegiatan penghitungan ini dilakukan secara menyeluruh melalui aktivitas stock opname ketika periode akuntansi berakhir.
Metode ini akan sangat baik diterapkan pada perusahaan yang memiliki intensitas penjualan yang tinggi serta volume barang berskala besar. Sehingga meskipun penghitungan dilakukan beberapa bulan sekali, catatan transaksi penjualan harus dikelola dengan teliti dan akurat. Hal ini untuk mencegah adanya selisih yang besar antara data administrasi dengan jumlah asli di gudang.
Sesuai dengan namanya, metode buku membutuhkan buku atau rekening khusus yang mencatat masuk dan keluarnya persediaan secara berkala. Buku ini memuat informasi seperti pembelian, penjualan, dan semua hal yang merubah jumlah persediaan. Seperti barang rusak, kadaluwarsa, dan sebagainya. Jumlah inilah yang nantinya akan memengaruhi saldo persediaan. Karena saldo persediaan dihitung langsung setelah ada perubahan, rekening persediaan menjadi lebih mudah diawasi. Berkebalikan dengan metode fisik, metode ini cocok untuk perusahaan yang produknya langka atau proses produksinya terbatas. Persediaan barang dagang mereka cenderung lebih sedikit dibanding metode sebelumnya.
Baca Juga: Pengertian Grosir, Jenis, dan Perbedaannya dengan Eceran
Dua (2) metode utama di atas juga dipengaruhi oleh metode lain yang mengiringinya sebagai sistem pengeluaran barang. Sistem ini dibagi lagi ke dalam beberapa metode yang berbeda sistem pencatatannya. Beberapa metode di bawah ini dipilih berdasarkan konsep bisnis yang dijalanakan.
FIFO atau First In First Out adalah metode penjualan barang dengan aturan barang yang pertama kali masuk gudang atau dihasilkan pabrik adalah barang pertama yang dijual. Dengan kata lain, barang yang tersedia atau tersisa adalah barang yang baru. Hal ini karena barang yang sudah jadi sebelumnya telah terjual. Anda dapat menemukan praktik metode ini pada perusahaan obat, makanan, minuman, bahan makan, dan sebagainya.
Metode berikutnya adalah kebalikan poin a, yaitu Last In First Out atau LIFO. Sesuai namanya, barang yang didahulukan untuk dijual adalah barang terbaru. Sehingga dalam pencatatan persediaan barang dagang nanti akan dijumpai barang-barang persediaan awal periode. Metode ini biasanya digunakan oleh perusahaan pemilik produk yang terus berganti tren, misal rumah mode, perusahaan baju anak, dan sebagainya.
Terakhir adalah metode rata-rata, yaitu metode yang menggabungkan metode FIFO dan LIFO. Lebih detail, perusahaan yang menggunakan cara ini perlu menghitung persediaan barang dengan membagi jumlah barang yang tersedia dan barang yang siap jual. Karena metode ini biasanya digunakan untuk melihat berapa jumlah persediaan barang dagang yang lolos standar kualifikasi untuk dijual. Tidak semua barang dagang yang ada di gudang layak untuk dijual.
Baca Juga: 6 Jenis Transaksi Keuangan Perusahaan dan Contoh Penerapannya
Setelah memiliki pencatatan persediaan barang dagang, perusahaan akan segera menentukan tahap berikutnya sesuai dengan tahapan proses akuntansi yang ada. Proses ini biasanya akan sangat berkaitan dengan tahapan stock opname. Sehingga pencatatan persediaan barang dagang menjadi salah satu rangkaian penghitungan yang membutuhkan ketelitian.
Untuk membantu memastikan keakuratan data tersebut, perusahaan perlu juga menggunakan sistem yang telah dirancang secara khusus guna mempermudah proses ini. R1 dengan fitur Inventory & Material Management yang dimilikinya mampu membantu perusahaan mengelola persediaan barang dagang. Perusahaan akan memiliki pencatatan yang rapi berdasarkan pemasok dan nomor batch. Temukan lebih banyak soal R1 dan berbagai fiturnya dengan mengunjungi kami di sini.