Alamat
Grha RUN System
Jl. Pakuningratan No.15,
Cokrodiningratan, Jetis,
Yogyakarta,
55233
Representative Office
Treasury Tower
Lt. 10 Unit I, District 8 Lot.28 SCBD
Jl. Jenderal Sudirman kav.52-53, Jakarta 12190
Dalam urusan pengelolaan persediaan barang, banyak metode yang bisa digunakan. Pemilihan metode ini didasarkan pada jenis bisnis yang dijalankan, serta sistem pembukuan yang dilakukan. Salah satu dari metode tersebut adalah metode FIFO atau First In First Out.
Selain metode tersebut sebenarnya masih ada dua metode lain, yakni LIFO atau Last In First Out, dan metode Average. Ketiganya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dan kecocokan dengan jenis industri tertentu.
Lalu kira-kira, metode apa yang paling tepat diterapkan untuk perusahaan Anda? Anda bisa simak selengkapnya pada uraian di bawah ini.
Secara sederhana, metode FIFO memegang dasar operasi barang pertama yang masuk akan dijual terlebih dahulu. Dari kalimat singkat di atas, Anda sudah dapat membayangkan bukan bagaimana pengelolaan persediaan yang dilakukan?
Metode ini dapat dikatakan sebagai salah satu metode paling umum dalam pengelolaan persediaan, terlebih untuk perusahaan yang bergerak di bidang makanan atau barang yang memiliki tanggal kadaluarsa tidak terlalu panjang.
Secara umum fungsi yang bisa diberikan adalah bahwa pencatatan dengan metode ini cenderung mudah dipahami, dapat mengurangi pemborosan, laporan keuangan yang solid, dan membuat proses berjalan dengan lebih cepat dan valid.
Nah agar lebih memahami bagaimana gambaran penggunaan dan rumus metode FIFO sendiri, Anda bisa simak ilustrasi berikut.
Perusahaan Anda adalah produsen minuman berjenis kopi susu kemasan yang menggunakan metode FIFO. Dalam satu bulan, perusahaan melakukan produksi selama empat gelombang dengan masing-masing jumlah dan biaya sebagai berikut.
Total produk yang dihasilkan adalah sebanyak 8.500 botol kopi susu dengan biaya Rp95.000.000, maka biaya rata-rata untuk satu botol kopi susu adalah sekitar Rp11.176. (pembulatan ke bawah). selanjutnya Anda bisa menghitung biaya setiap gelombangnya.
Pada bulan ini, produk kopi susu yang Anda miliki terjual sebanyak 7.100 botol. Maka dengan metode FIFO, asumsi yang muncul dalam perhitungan adalah diurutkan dari produk gelombang pertama hingga keempat, sesuai dengan jumlahnya.
Perhitungan 7.100 botol kopi susu yang terjual adalah :
Maka total penjualan yang terjadi adalah Rp90.000.000. Angka ini yang akan jadi biaya pokok produksi.
Metode LIFO atau Last In First Out merupakan metode lain yang bisa Anda gunakan dalam manajemen persediaan barang. Secara umum, metode ini mengasumsikan unit persediaan yang dibeli pertama akan dikeluarkan paling akhir.
Metode ini mendasarkan pengelolaan persediaan pada asumsi bahwa aliran keluar biaya persediaan adalah kebalikan dari kronologi terjadinya biaya. Harga beli terakhir dibebankan ke operasi dalam periode inflasi, sehingga laba yang dihasilkan akan kecil, sebanding dengan pajak terutang.
Meski demikian, metode ini tidak bisa lagi digunakan karena satu dan lain hal.
Metode LIFO sendiri, meski tidak lagi digunakan, memiliki kelebihan dan kekurangannya jika dibandingkan dengan metode lain.
Kelebihannya adalah kemudahan membandingkan biaya saat ini dengan pendapatan terkini, jika harga naik maka harga barang menjadi konservatif, laba operasional tidak terpengaruh untung rugi dan dari fluktuasi, serta penghematan pajak.
Kekurangannya antara lain bertolak belakang dengan aliran fisik persediaan sebenarnya, biaya pembukuan yang tinggi, laba dan rugi yang dihasilkan lebih rendah.
Metode ketiga adalah metode Average. Berbeda dengan metode FIFO atau metode LIFO, metode ini juga disebut metode rata-rata tertimbang. Apa artinya? Artinya membagi antara biaya barang persediaan untuk dijual dengan jumlah unit yang tersedia.
Pada metode ini, persediaan akhir dan beban pokok penjualan dapat dihitung dengan menggunakan harga rata-rata. Metode ini adalah perpaduan dan titik tengah, antara metode FIFO dan metode LIFO yang sudah tak lagi digunakan.
Dalam penerapannya, perusahaan akan menjual barang di gudang tanpa memperhatikan barang yang masuk terlebih dahulu atau barang yang masuk lebih lambat.
Terkait dengan metode penilaiannya, FIFO mengeluarkan barang terlebih dahulu pada produk yang sudah diterima lebih dahulu. LIFO sebaliknya mengeluarkan barang pertama kali pada produk yang diterima belakangan. Average, tidak memandang status barang masuk lebih awal atau akhir.
Stok yang dimiliki pada metode FIFO adalah stok terbaru, sedangkan stok pada metode LIFO adalah stok terlama. Average, memiliki stok barang tanpa memandang periode kedatangan barang.
Metode LIFO menggunakan HPP yang mengacu pada harga pasar terkini, sedangkan metode FIFO menerapkan HPP berdasarkan stok barang yang belum terjual pada harga pasar saat ini.
Metode LIFO tidak diizinkan menilai inventaris tanpa mengikuti aturan dari Kerangka Pelaporan Keuangan Internasional. Di sisi lain, metode FIFO bisa melakukan penilaian terhadap inventaris yang dimiliki.
Saat terjadi inflasi, metode LIFO akan menghitung pajak penghasilan jumlah minimum. Saat terjadi deflasi, jumlah PPh yang ditunjukkan akan lebih besar. Pada metode FIFO, yang terjadi adalah sebaliknya.
Mengelola persediaan dengan metode FIFO atau Average memang akan jadi hal yang cukup detail. Ini mengapa, Inventory Management yang terdapat pada layanan R1 akan membantu perusahaan mengelolanya. Mulai dari receiving good, good mutation, good transfer, batch management, good return, dan menghasilkan tingkat persediaan yang ideal. Semua demi kelancaran pengelolaan perusahaan Anda. Segera berlangganan layanan R1, dan dapatkan semua keuntungannya!